بسم الله الرحـمن الرحيم
Falsafah Rujak
Kehidupan di dunia ini memang seperti rujak. Ada banyak macam rujak di dunia ini seperti rujak cingur, rujak buah, dan rujak – rujak yang lain. Sementara dalam satu porsi rujak
itu ada berbagai macam bahan komposisi seperti nanas, pepaya,
bengkoang, bumbu kacang, dan sebagainya. Itulah hidup kita. Ada banyak
macam manusia di kehidupan kita ini. Tak hanya RAS, sifat antara satu
manusia dengan yang lainnya-pun berbeda. Selain itu, kehidupan juga ini
dinaungi sebuah hal yaitu agama.
Lalu apa hubungan agama dengan kehidupan? Lalu apa hubungannya pula antara agama dengan rujak? Lalu apa hubungannya kehidupan dengan rujak?
Itu semua sangat berhubungan erat bahkan tak akan bisa untuk
dipisahkan. Meskipun ada orang – orang yang hendak memisahkan agama
dengan kehidupan, itu tak akan bisa.
Dalam rujak, kehidupan dunia itu diibaratkan komposisi utama atau isi dari rujak itu sendiri. Seperti buah, sayur, daging, telur, dan lain sebagainya. Sementara agama itu diibaratkan bumbu dari rujak itu. Seperti bumbu kacang, gula merah, dan lainnya.
Lalu, mengapa kehidupan itu diibaratkan isi rujak? Itu dikarenakan apabila kita makan rujak
tetapi tidak menggunakan bumbu, rasanya menjadi kurang sempurna. Hal
itu sama dengan kehidupan dunia. Apabila kita hidup hanya untuk dunia
saja atau materi saja tanpa memperdulikan aturan agama, maka hidup kita
itu memang enak. Tetapi kurang sempurna.
Lalu, mengapa agama itu diibaratkan bumbu rujak? Itu karena bumbu rujak adalah pelengkap dari rujak
itu. Dengan aturan agama yang baik dan benar, maka Insya Allah hidup
kita akan lebih enak dan sempurna. Itu baru namanya hidup yang sempurna.
Tetapi, jika kita hidup hanya karena Tuhan saja tanpa memikirkan
kebutuhan kita sebagai manusia seperti tidur, makan, bekerja, dan
lainnya, maka itu sama dengan makan rujak tanpa isi. Jadi hanya bumbunya saja.
Ada sebuah kisah menarik mengenai pemuda yang mencari arti hidup
sebenarnya. Ia dilahirkan di keluarga bangsawan nan terpandang di
kotanya. Akan tetapi, keluarga ini tidak mengakui adanya agama bahkan
mereka menganggap Tuhan itu tidak ada. Na’udzubillah.
Sang pemuda ini selalu merasakan hidup enak. Ingin makan apapun sudah
tersedia. Ingin membeli apapun selalu ada uang. Kerjanya hanya
menghamburkan uang saja pemuda ini. Tetapi, ada hal yang terganjal di
hati pemuda ini. Ia merasakan, mengapa hatinya selalu kosong. Akhirnya
ia pergi keluar istana untuk berkelana.
Singkat cerita, ia mampir ke warung rujak.
Tak seperti biasanya, di warung ini, ia diperlakukan sama dengan kuli
beras. Ia tidak dihormati bahkan sang pedagang berkata biasa saja ke
sang pemuda ini. Ia, sang pemuda, protes terhadap pemilik warung atas
perlakuan yang dilakukan ini. Sang pemilik warung tidak marah. Bahkan ia
berkata dengan entengnya yaitu :
“ Apakah dunia ini milikmu? Apakah kau tau jika nanti kau mati? Apakah
kau tau kapan kau akan mati? Anakku, sekaya – kayanya orang di dunia
ini, tak akan bisa menghindar dari kematian! Kau ini bakalan mati dan
bakal mempertanggung jawabkan kehidupanmu di hadapan Allah nanti! Kau
ini bukan nabi! Jadi derajatmu sama saja dengan kami nak... “ kata
pemilik warung.
Sang pemuda dengan wajah yang heran segera membayar rujak yang ia beli dan meninggalkan tempat itu. Ia pun segera melanjutkan perjalanan yang tak tau kemana.
Tak jauh dari tempat itu, ia menemukan sebuah kotak yang berisikan
secarik kertas. Ia lalu membaca isi kertas itu yang ternyata isinya sama
dengan awal dari tulisan ini mengenai kehidupan, agama, dan rujak. Sang pemuda membaca hingga selesai dan kaget ketika melihat ada tulisan yang berbunyi : Dari Pemilik Warung Rujak
yang Tadi. Lalu sang pemuda ini berbalik badan dan alangkah terkejutnya
ketika melihat bahwa warung itu sudah tidak ada. Ia mulai faham bahwa
Tuhan sedang mengingatkannya agar segera mencari guru kehidupan.
Cerita akhirnya adalah sang pemuda itu akhirnya bertemu dengan seorang
kyai dan pujangga. Dari merekalah, sang pemuda ini belajar agama dan
arti hidup sebenernya. Sehingga sang pemuda ini pun menuliskan pada
sebuah batu yang kelak menjadi nisannya yaitu :
“.. Hidup dunia dan hidup agama itu seperti rujak dengan bumbunya. Isi rujak
itu enak tetapi lebih enak sempurna jika ada bumbunya. Itu sama seperti
hidup dunia yang enak tetapi kurang sempurna tanpa hidup agama yang
berarti kosong. Sebaliknya, hidup itu jangan untuk agama saja. Karena
hidup agama tanpa hidup dunia itu seperti bumbu rujak tanpa isi yang artinya bukan rujak atau kosong. Allah memerintahkan kita untuk beribadah dan bekerja dengan ikhlas. Hiduplah seperti rujak tadi.. “
Demikianlah cerpen ini saya karang. Semoga bermanfaat bagi saya dan anda semua. Amin.......