Saturday, November 24, 2012

Cerpen ala Winka : Falsafah Rujak

بسم الله الرحـمن الرحيم

Falsafah Rujak

          Kehidupan di dunia ini memang seperti rujak. Ada banyak macam rujak di dunia ini seperti rujak cingur, rujak buah, dan rujakrujak yang lain. Sementara dalam satu porsi rujak itu ada berbagai macam bahan komposisi seperti nanas, pepaya, bengkoang, bumbu kacang, dan sebagainya. Itulah hidup kita. Ada banyak macam manusia di kehidupan kita ini. Tak hanya RAS, sifat antara satu manusia dengan yang lainnya-pun berbeda. Selain itu, kehidupan juga ini dinaungi sebuah hal yaitu agama.
          Lalu apa hubungan agama dengan kehidupan? Lalu apa hubungannya pula antara agama dengan rujak? Lalu apa hubungannya kehidupan dengan rujak? Itu semua sangat berhubungan erat bahkan tak akan bisa untuk dipisahkan. Meskipun ada orang – orang yang hendak memisahkan agama dengan kehidupan, itu tak akan bisa.
          Dalam rujak, kehidupan dunia itu diibaratkan komposisi utama atau isi dari rujak itu sendiri. Seperti buah, sayur, daging, telur, dan lain sebagainya. Sementara agama itu diibaratkan bumbu dari rujak itu. Seperti bumbu kacang, gula merah, dan lainnya.
          Lalu, mengapa kehidupan itu diibaratkan isi rujak? Itu dikarenakan apabila kita makan rujak tetapi tidak menggunakan bumbu, rasanya menjadi kurang sempurna. Hal itu sama dengan kehidupan dunia. Apabila kita hidup hanya untuk dunia saja atau materi saja tanpa memperdulikan aturan agama, maka hidup kita itu memang enak. Tetapi kurang sempurna.
          Lalu, mengapa agama itu diibaratkan bumbu rujak? Itu karena bumbu rujak adalah pelengkap dari rujak itu. Dengan aturan agama yang baik dan benar, maka Insya Allah hidup kita akan lebih enak dan sempurna. Itu baru namanya hidup yang sempurna. Tetapi, jika kita hidup hanya karena Tuhan saja tanpa memikirkan kebutuhan kita sebagai manusia seperti tidur, makan, bekerja, dan lainnya, maka itu sama dengan makan rujak tanpa isi. Jadi hanya bumbunya saja.
          Ada sebuah kisah menarik mengenai pemuda yang mencari arti hidup sebenarnya. Ia dilahirkan di keluarga bangsawan nan terpandang di kotanya. Akan tetapi, keluarga ini tidak mengakui adanya agama bahkan mereka menganggap Tuhan itu tidak ada. Na’udzubillah.
          Sang pemuda ini selalu merasakan hidup enak. Ingin makan apapun sudah tersedia. Ingin membeli apapun selalu ada uang. Kerjanya hanya menghamburkan uang saja pemuda ini. Tetapi, ada hal yang terganjal di hati pemuda ini. Ia merasakan, mengapa hatinya selalu kosong. Akhirnya ia pergi keluar istana untuk berkelana.
          Singkat cerita, ia mampir ke warung rujak. Tak seperti biasanya, di warung ini, ia diperlakukan sama dengan kuli beras. Ia tidak dihormati bahkan sang pedagang berkata biasa saja ke sang pemuda ini. Ia, sang pemuda, protes terhadap pemilik warung atas perlakuan yang dilakukan ini. Sang pemilik warung tidak marah. Bahkan ia berkata dengan entengnya yaitu :
          “ Apakah dunia ini milikmu? Apakah kau tau jika nanti kau mati? Apakah kau tau kapan kau akan mati? Anakku, sekaya – kayanya orang di dunia ini, tak akan bisa menghindar dari kematian! Kau ini bakalan mati dan bakal mempertanggung jawabkan kehidupanmu di hadapan Allah nanti! Kau ini bukan nabi! Jadi derajatmu sama saja dengan kami nak... “ kata pemilik warung.
          Sang pemuda dengan wajah yang heran segera membayar rujak yang ia beli dan meninggalkan tempat itu. Ia pun segera melanjutkan perjalanan yang tak tau kemana.
          Tak jauh dari tempat itu, ia menemukan sebuah kotak yang berisikan secarik kertas. Ia lalu membaca isi kertas itu yang ternyata isinya sama dengan awal dari tulisan ini mengenai kehidupan, agama, dan rujak. Sang pemuda membaca hingga selesai dan kaget ketika melihat ada tulisan yang berbunyi : Dari Pemilik Warung Rujak yang Tadi. Lalu sang pemuda ini berbalik badan dan alangkah terkejutnya ketika melihat bahwa warung itu sudah tidak ada. Ia mulai faham bahwa Tuhan sedang mengingatkannya agar segera mencari guru kehidupan.
          Cerita akhirnya adalah sang pemuda itu akhirnya bertemu dengan seorang kyai dan pujangga. Dari merekalah, sang pemuda ini belajar agama dan arti hidup sebenernya. Sehingga sang pemuda ini pun menuliskan pada sebuah batu yang kelak menjadi nisannya yaitu :
          “.. Hidup dunia dan hidup agama itu seperti rujak dengan bumbunya. Isi rujak itu enak tetapi lebih enak sempurna jika ada bumbunya. Itu sama seperti hidup dunia yang enak tetapi kurang sempurna tanpa hidup agama yang berarti kosong. Sebaliknya, hidup itu jangan untuk agama saja. Karena hidup agama tanpa hidup dunia itu seperti bumbu rujak tanpa isi yang artinya bukan rujak atau kosong. Allah memerintahkan kita untuk beribadah dan bekerja dengan ikhlas. Hiduplah seperti rujak tadi.. “
          Demikianlah cerpen ini saya karang. Semoga bermanfaat bagi saya dan anda semua. Amin.......


Oleh : Winka Ghozi Nafi ( afighozi@gmail.com ) kelas 8D, SMP Bina Insani – Bogor

Sunday, October 28, 2012

Reog (Ponorogo)


Reog adalah salah satu kesenian budaya yang berasal dari Jawa Timur bagian barat-laut dan Ponorogo dianggap sebagai kota asal Reog yang sebenarnya. Gerbang kota Ponorogo dihiasi oleh sosok warok dan gemblak, dua sosok yang ikut tampil pada saat reog dipertunjukkan. Reog adalah salah satu budaya daerah di Indonesia yang masih sangat kental dengan hal-hal yang berbau mistik dan ilmu kebatinan yang kuat.

Daftar isi

Sejarah

Pertunjukan reog di Ponorogo tahun 1920. Selain reog, terdapat pula penari kuda kepang dan bujangganong.
Ada lima versi cerita populer yang berkembang di masyarakat tentang asal-usul Reog dan Warok [1], namun salah satu cerita yang paling terkenal adalah cerita tentang pemberontakan Ki Ageng Kutu, seorang abdi kerajaan pada masa Bhre Kertabhumi, Raja Majapahit terakhir yang berkuasa pada abad ke-15. Ki Ageng Kutu murka akan pengaruh kuat dari pihak istri raja Majapahit yang berasal dari Cina, selain itu juga murka kepada rajanya dalam pemerintahan yang korup, ia pun melihat bahwa kekuasaan Kerajaan Majapahit akan berakhir. Ia lalu meninggalkan sang raja dan mendirikan perguruan di mana ia mengajar seni bela diri kepada anak-anak muda, ilmu kekebalan diri, dan ilmu kesempurnaan dengan harapan bahwa anak-anak muda ini akan menjadi bibit dari kebangkitan kerajaan Majapahit kembali. Sadar bahwa pasukannya terlalu kecil untuk melawan pasukan kerajaan maka pesan politis Ki Ageng Kutu disampaikan melalui pertunjukan seni Reog, yang merupakan "sindiran" kepada Raja Kertabhumi dan kerajaannya. Pagelaran Reog menjadi cara Ki Ageng Kutu membangun perlawanan masyarakat lokal menggunakan kepopuleran Reog.
Dalam pertunjukan Reog ditampilkan topeng berbentuk kepala singa yang dikenal sebagai "Singa barong", raja hutan, yang menjadi simbol untuk Kertabhumi, dan diatasnya ditancapkan bulu-bulu merak hingga menyerupai kipas raksasa yang menyimbolkan pengaruh kuat para rekan Cinanya yang mengatur dari atas segala gerak-geriknya. Jatilan, yang diperankan oleh kelompok penari gemblak yang menunggangi kuda-kudaan menjadi simbol kekuatan pasukan Kerajaan Majapahit yang menjadi perbandingan kontras dengan kekuatan warok, yang berada dibalik topeng badut merah yang menjadi simbol untuk Ki Ageng Kutu, sendirian dan menopang berat topeng singabarong yang mencapai lebih dari 50 kg hanya dengan menggunakan giginya [2]. Kepopuleran Reog Ki Ageng Kutu akhirnya menyebabkan Bhre Kertabhumi mengambil tindakan dan menyerang perguruannya, pemberontakan oleh warok dengan cepat diatasi, dan perguruan dilarang untuk melanjutkan pengajaran akan warok. Namun murid-murid Ki Ageng kutu tetap melanjutkannya secara diam-diam. Walaupun begitu, kesenian Reognya sendiri masih diperbolehkan untuk dipentaskan karena sudah menjadi pertunjukan populer di antara masyarakat, namun jalan ceritanya memiliki alur baru di mana ditambahkan karakter-karakter dari cerita rakyat Ponorogo yaitu Kelono Sewandono, Dewi Songgolangit, dan Sri Genthayu.
Versi resmi alur cerita Reog Ponorogo kini adalah cerita tentang Raja Ponorogo yang berniat melamar putri Kediri, Dewi Ragil Kuning, namun di tengah perjalanan ia dicegat oleh Raja Singabarong dari Kediri. Pasukan Raja Singabarong terdiri dari merak dan singa, sedangkan dari pihak Kerajaan Ponorogo Raja Kelono dan Wakilnya Bujang Anom, dikawal oleh warok (pria berpakaian hitam-hitam dalam tariannya), dan warok ini memiliki ilmu hitam mematikan. Seluruh tariannya merupakan tarian perang antara Kerajaan Kediri dan Kerajaan Ponorogo, dan mengadu ilmu hitam antara keduanya, para penari dalam keadaan "kerasukan" saat mementaskan tariannya[3].
Hingga kini masyarakat Ponorogo hanya mengikuti apa yang menjadi warisan leluhur mereka sebagai warisan budaya yang sangat kaya. Dalam pengalamannya Seni Reog merupakan cipta kreasi manusia yang terbentuk adanya aliran kepercayaan yang ada secara turun temurun dan terjaga. Upacaranya pun menggunakan syarat-syarat yang tidak mudah bagi orang awam untuk memenuhinya tanpa adanya garis keturunan yang jelas. mereka menganut garis keturunan Parental dan hukum adat yang masih berlaku.

Pementasan Seni Reog

Reog Ponorogo
Reog modern biasanya dipentaskan dalam beberapa peristiwa seperti pernikahan, khitanan dan hari-hari besar Nasional. Seni Reog Ponorogo terdiri dari beberapa rangkaian 2 sampai 3 tarian pembukaan. Tarian pertama biasanya dibawakan oleh 6-8 pria gagah berani dengan pakaian serba hitam, dengan muka dipoles warna merah. Para penari ini menggambarkan sosok singa yang pemberani. Berikutnya adalah tarian yang dibawakan oleh 6-8 gadis yang menaiki kuda. Pada reog tradisionil, penari ini biasanya diperankan oleh penari laki-laki yang berpakaian wanita. Tarian ini dinamakan tari jaran kepang atau jathilan, yang harus dibedakan dengan seni tari lain yaitu tari kuda lumping.
Tarian pembukaan lainnya jika ada biasanya berupa tarian oleh anak kecil yang membawakan adegan lucu yang disebut Bujang Ganong atau Ganongan.
Setelah tarian pembukaan selesai, baru ditampilkan adegan inti yang isinya bergantung kondisi dimana seni reog ditampilkan. Jika berhubungan dengan pernikahan maka yang ditampilkan adalah adegan percintaan. Untuk hajatan khitanan atau sunatan, biasanya cerita pendekar,
Adegan dalam seni reog biasanya tidak mengikuti skenario yang tersusun rapi. Disini selalu ada interaksi antara pemain dan dalang (biasanya pemimpin rombongan) dan kadang-kadang dengan penonton. Terkadang seorang pemain yang sedang pentas dapat digantikan oleh pemain lain bila pemain tersebut kelelahan. Yang lebih dipentingkan dalam pementasan seni reog adalah memberikan kepuasan kepada penontonnya.
Adegan terakhir adalah singa barong, dimana pelaku memakai topeng berbentuk kepala singa dengan mahkota yang terbuat dari bulu burung merak. Berat topeng ini bisa mencapai 50-60 kg. Topeng yang berat ini dibawa oleh penarinya dengan gigi. Kemampuan untuk membawakan topeng ini selain diperoleh dengan latihan yang berat, juga dipercaya diproleh dengan latihan spiritual seperti puasa dan tapa.

Tokoh-tokoh dalam seni Reog

Jathil

Jathilan (depan)
Jathil adalah prajurit berkuda dan merupakan salah satu tokoh dalam seni Reog. Jathilan merupakan tarian yang menggambarkan ketangkasan prajurit berkuda yang sedang berlatih di atas kuda. Tarian ini dibawakan oleh penari di mana antara penari yang satu dengan yang lainnya saling berpasangan. Ketangkasan dan kepiawaian dalam berperang di atas kuda ditunjukkan dengan ekspresi atau greget sang penari.[4]
Jathilan ini pada mulanya ditarikan oleh laki-laki yang halus, berparas ganteng atau mirip dengan wanita yang cantik. Gerak tarinya pun lebih cenderung feminin. Sejak tahun 1980-an ketika tim kesenian Reog Ponorogo hendak dikirim ke Jakarta untuk pembukaan PRJ (Pekan Raya Jakarta), penari jathilan diganti oleh para penari putri dengan alasan lebih feminin. Ciri-ciri kesan gerak tari Jathilan pada kesenian Reog Ponorogo lebih cenderung pada halus, lincah, genit. Hal ini didukung oleh pola ritmis gerak tari yang silih berganti antara irama mlaku (lugu) dan irama ngracik.[5]

Warok

Warok Ponorogo
"Warok" yang berasal dari kata wewarah adalah orang yang mempunyai tekad suci, memberikan tuntunan dan perlindungan tanpa pamrih. Warok adalah wong kang sugih wewarah (orang yang kaya akan wewarah). Artinya, seseorang menjadi warok karena mampu memberi petunjuk atau pengajaran kepada orang lain tentang hidup yang baik.Warok iku wong kang wus purna saka sakabehing laku, lan wus menep ing rasa (Warok adalah orang yang sudah sempurna dalam laku hidupnya, dan sampai pada pengendapan batin).[6]
Warok merupakan karakter/ciri khas dan jiwa masyarakat Ponorogo yang telah mendarah daging sejak dahulu yang diwariskan oleh nenek moyang kepada generasi penerus. Warok merupakan bagian peraga dari kesenian Reog yang tidak terpisahkan dengan peraga yang lain dalam unit kesenian Reog Ponorogo. Warok adalah seorang yang betul-betul menguasai ilmu baik lahir maupun batin.[4]

Barongan (Dadak merak)

Barongan (Dadak merak)
Barongan (Dadak merak) merupakan peralatan tari yang paling dominan dalam kesenian Reog Ponorogo. Bagian-bagiannya antara lain; Kepala Harimau (caplokan), terbuat dari kerangka kayu, bambu, rotan ditutup dengan kulit Harimau Gembong. Dadak merak, kerangka terbuat dari bambu dan rotan sebagai tempat menata bulu merak untuk menggambarkan seekor merak sedang mengembangkan bulunya dan menggigit untaian manik - manik (tasbih). Krakap terbuat dari kain beludru warna hitam disulam dengan monte, merupakan aksesoris dan tempat menuliskan identitas group reog. [4] Dadak merak ini berukuran panjang sekitar 2,25 meter, lebar sekitar 2,30 meter, dan beratnya hampir 50 kilogram.

Klono Sewandono

Prabu Klono Sewandono
Klono Sewandono atau Raja Kelono adalah seorang raja sakti mandraguna yang memiliki pusaka andalan berupa Cemeti yang sangat ampuh dengan sebutan Kyai Pecut Samandiman kemana saja pergi sang Raja yang tampan dan masih muda ini selalu membawa pusaka tersebut. Pusaka tersebut digunakan untuk melindungi dirinya. Kegagahan sang Raja di gambarkan dalam gerak tari yang lincah serta berwibawa, dalam suatu kisah Prabu Klono Sewandono berhasil menciptakan kesenian indah hasil dari daya ciptanya untuk menuruti permintaan Putri (kekasihnya). Karena sang Raja dalam keadaan mabuk asmara maka gerakan tarinyapun kadang menggambarkan seorang yang sedang kasmaran.[4]

Bujang Ganong (Ganongan)

Bujang Ganong (Ganongan)
Bujang Ganong (Ganongan) atau Patih Pujangga Anom adalah salah satu tokoh yang enerjik, kocak sekaligus mempunyai keahlian dalam seni bela diri sehingga disetiap penampilannya senantiasa di tunggu - tunggu oleh penonton khususnya anak - anak. Bujang Ganong menggambarkan sosok seorang Patih Muda yang cekatan, berkemauan keras, cerdik, jenaka dan sakti.[4]

Kontroversi

Foto tari Barongan di situs resmi Malaysia, yang memicu kontroversi.
Tarian sejenis Reog Ponorogo yang ditarikan di Malaysia dinamakan Tari Barongan tetapi memiliki unsur Islam[7]. Tarian ini juga menggunakan topeng dadak merak, yaitu topeng berkepala harimau yang di atasnya terdapat bulu-bulu merak. Deskripsi dan foto tarian ini ditampilkan dalam situs resmi Kementrian Kebudayaan Kesenian dan Warisan Malaysia.
Kontroversi timbul karena pada topeng dadak merak di situs resmi tersebut terdapat tulisan "Malaysia",[7][8] dan diakui sebagai warisan masyarakat keturunan Jawa yang banyak terdapat di Batu Pahat, Johor dan Selangor, Malaysia. Hal ini memicu protes berbagai pihak di Indonesia, termasuk seniman Reog asal Ponorogo yang menyatakan bahwa hak cipta kesenian Reog telah dicatatkan dengan nomor 026377 tertanggal 11 Februari 2004, dan dengan demikian diketahui oleh Menteri Hukum dan HAM Republik Indonesia.[9] Ditemukan pula informasi bahwa dadak merak yang terlihat di situs resmi tersebut adalah buatan pengrajin Ponorogo.[10] Ribuan seniman Reog sempat berdemonstrasi di depan Kedutaan Malaysia di Jakarta.[11] Pemerintah Indonesia menyatakan akan meneliti lebih lanjut hal tersebut.[9]
Pada akhir November 2007, Duta Besar Malaysia untuk Indonesia Datuk Zainal Abidin Muhammad Zain menyatakan bahwa Pemerintah Malaysia tidak pernah mengklaim Reog Ponorogo sebagai budaya asli negara itu. Reog yang disebut “Barongan” di Malaysia dapat dijumpai di Johor dan Selangor, karena dibawa oleh rakyat Jawa yang merantau ke negeri tersebut [12].

Dicopy paste dari Wikipedia.org tentang Reog Ponorogo


Contoh Pidato dalam Bahasa Arab.. Mohon koreksinya :)

ان الدين عند الله الإسلام
 السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
      الحمد لله رب العلمين. نحمده ونستعينه ونستغفره ونعوذ بالله من شرور أنفسنا ومن سيأت أعمالنا, من يهده الله فلا مضيلله ومن يضل الفلا هاديله. اللهم صل على رسول الله خير الأنام سيدنا محمد وعلى آله واصحابه اجمعين. امابعد :
      ايها الحاضرون رحمكم الله......
      كيف حالكم؟ الحمد لله خير. وبرك الله على وعليكم. الآن, انا اخطب فى اللغة العربية, بعنوان : ان الدين عند الله الإسلام.
      ايها الحاضرون......
      ومن الإهتمتام به ان الدين عند الله الإسلام. فمن اعتصم به علا وكرم. ومن اعتصم بغيره فندم. ومن اهتدى بنور الإسلام فكان فى سبيل الحق. ومن اهتدى بغيره فكان فى سبيل الضلال.
      فضامن الإسلام لمن تبعه وكرامته ورفاهيته مثل قول تعالى : ولله العزة ولرسوله وللمؤمنين. وكرامة الإسلام أفضل من الأديان الأخرى كذلك رئيسها محمد صلوا عليه أفضل الرئساء. وعلم الإسلام المسلمين الحب والرحمة نحو المخلوقات الإخلاص والأنفع لناس. وعلم أيضا تزكية النفوس من المعاصى او الذنوب والحيات الوسعى لإ غراس الخيرات الآخرة.
      اخواني و اخواتى رحمكم الله...
      كان الإسلام منذ قدمائنا الكرماء جاء بالرئاسة العادلة والفاضلة لأن نفوسهم طهيرة وقدسية.
      ايها الناس رحمكم الله......
      الإسلام خير الأديان الأخرى ويتأكد ذلك بالأمر بالإيمان بمحمد وموسى وعيسى عليهم السلام وغيره من الأنبياء و الأمربالإيمان بالقرآن والتورة والزبور والإنجيل. وما جاء من الله سبحانه وتعالى وكان صريحا فى القرآن الكريم :
" قالوا أمنا بالله وما أنزل إلينا وما أنزل الى ابراهيم واسماعيل واسحاق ويعقوب والأسباط وما أوتي موسى وعيسى وما أوتي النبيون من ربهم لا نفرق بين أحد منهم ونحن له مسلمون
      ايها الحاضرون رحمكم الله......
      فلنحمد ونشكر على الله سبحانه وتعالى. شكرا كثيرا على اهتمامكم, وإذا كانت هناك أخطاء يرجى أن يغفر.
      و السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Saturday, September 8, 2012

Murottal Syaikh Usamah al Khayyath



Ini adalah video shalat Idul Adha di Masjidil Haram yang imamnya adalah Syaikh Usamah al Khayyath

Thursday, May 17, 2012


Apa itu Telepati ?

Telepati berasal dari dua kata yaitu : “tele” berarti “jauh” dan “pathos” berarti“perasaan”. Telepati secara harfiah artinya adalah “merasakan dari jarak jauh”.
Telepati adalah gejala alamiyah yang sudah ada sejak kita masih bayi. Semua anak bayi memiliki kemampuan telepati secara alamiyah. Anak bayi belum mampu mengungkapkan perasaan dan keinginannya dengan kata kata. Ia menyampaikan dan mengungkapkan keinginannya melalui perasaan yang dipancarkan.
Ketika seorang ibu pergi berbelanja kepasar dan anak bayinya yang masih menyusu ditinggal sedang tidur dirumah, tiba tiba ia merasa gelisah dan ingat pada anak bayinya dirumah. Ia tidak bisa berkonsentrasi untuk belanja, fikirannya hanya tertuju pada bayinya. Air susunyapun mengalir dengan sendirinya, ia tidak bisa menahan keinginannya nuntuk segera pulang menemui bayinya. Ia segera kembali kerumah, dan didapatinya anak bayinya sedang menangis, ia segera menggendong dan menyusui bayinya. Hatinya menjadi tentram dan anak bayinya pun berhenti menangis. Itulah hubungan telepati yang dilakukan seorang bayi kepada ibunya.
 Sejak bayi kita sudah mempunyai kemampuan telepati, karena pada anak bayi otak kanannya lebih dominan daripada otak kiri. Seiring dengan pertumbuhan usia, peranan otak kiri semakin dominan dan peranan otak kananpun berkurang, maka kemampuan berkomunikasi dengan telepatipun berkurang pula. Sebenarnya kemampuan telepati ini bisa diasah dan dirawat terus dengan melakukan latihan. Telepati adalah cara berkomunikasi menggunakan fikiran bawah sadar atau otak kanan. Setiap orang bisa melakukannya asal mau mencoba dan melatihnya, karena pada dasarnya ketika masih bayi semua orang pernah melakukan komunikasi dengan telepati. Kemampuan telepati jadi berkurang karena kita lebih banyak menggunakan otak kiri daripada otak kanan. Pancaran sinyal telepati dilakukan oleh fikiran bawah sadar melalui otak belahan kanan, dan diterima oleh penerima melalui otak belahan kanan pula.
Sinyal yang diterima umumnya berupa perasaan. Hubungan telepati biasanya lebih mudah dilakukan antara orang yang mempunyai hubungan emosi. Misalnya antara ibu/bapak dengan anaknya, abang dengan adik, dua orang yang sedang pacaran, karib kerabat, teman bisnis yang akrab, suami istri dan lain sebagainya.
Dalam sejarah tercatat nama Emanuel Swedenborgh seorang sarjana Swedia hidup diabad 18. Semula ia lebih cenderung mempelajari ilmu alam tetapi belakangan ia lebih tertarik dengan ilmu ghaib/occoultisme. Dalam suatu rapat yang dihadiri kalangan cendekiawan, tiba tiba Swedenborgh berlarian keana kemari, mukanya pucat penuh kekawatiran. Seperti orang kurang waras ia mengatakan, baru saja terjadi kebakaran besar di Stockholm, rumah sahabatnya terbakar namun rumahnya selamat dari amukan api. Tiga hari kemudian ada kabar dari Stockholm bahwa kota itu mengalami kebakaran besar. Umumnya sinyal telepati akan memancar kuat secara otomatis ketika saat seseorang berada pada kondisi terjepit, tertekan dan terdesak, dan saat seseorang dipengaruhi oleh perasaan emosi, takut, gembira, cemas, yang kuat. Pada saat itu fikiran bawah sadar (otak kanan) lebih dominan daripada fikiran sadar (otak kiri).
Seorang dokter di Perancis bernama Andral mengisahkan suatu peristiwa ketika terjadi pertengkaran antara seorang petani dengan pandai besi. Petani itu mengeluh bahwa setiap malam jam 22 .00 – 24.00 telinganya diganggu suara gemuruh seperti besi beradu sehingga menyebabkan ia tidak bisa tidur.
 Mendengar penuturan petani itu, pagi harinya Andral memanggil pandai besi tetangganya dan bertanya kepada pandai besi itu, aktivitas apa saja yang dilakukannya sekitar jam 22.00 – 24.00. Pandai besi itu mengaku bahwa pada jam itu ia bekerja menempa besi sambil membayangkan wajah petani tetangganya yang telah mendholimnya, dan ia berharap suara besi yang ditempanya mampu menembus tembok kamarnya.
Andral lalu berkata:” Baik keinganmu telah tercapai, mulai saat ini hentikanlah ulah jahatmu itu , atau aku adukan engkau kepada polisi” . Malam hari berikutnya pandai besi itu menghentikan kegiatannya tersebut dan petani itupun bisa tidur dengan tenang. Itulah beberapa gejala telepati yang bisa saja terjadi pada diri kita. Kasus serangan mental seperti yang dialami petani itu bisa saja terjadi pada siapapun. Terjadinya biasanya tidak disadari oleh pelaku maupun orang yang mengalami serangan, karena aktivitas ini memang berada pada wilayah fikiran bawah sadar. Untuk menghindari terjadinya serangan mental ini Rasulullah mengajarkan kita untuk selalu berlaku santun , jangan sampai menyakiti hati tetangga, atau orang disekitar kita. Rasulullah mengingatkan kepada kita :”Takutilah do’a (jeritan) orang yang teraniaya , karena do’a orang yang teraniaya itu di ijabah”.
Keluhan atau jeritan orang yang teraniaya biasanya diikuti dengan emosi yang kuat, ini akan memancarkan sinyal telepati. Karena itu Rasulullah mengingatkan kita agar jangan sampai mendholimi tetangga atau orang lain. Berlaku ramah dan santun terhadap tetangga sangat dianjurkan oleh Rasulullah. Kita juga dianjurkan untuk selalu memaafkan kesalahan orang lain. Karena kebencian, kemarahan yang disertai emosi yang kuat juga bisa memancarkan kekuatan telepati . Getaran telepati yang merusak ini disebut juga serangan mental. Untuk melindungi diri dari serangan ini Islam mengajarkan kita untuk selalu berlaku santun, jangan menyakiti hati orang lain. Disamping itu juga dianjurkan untuk membaca surat Al Ikhlas, Al Falaq dan An Nash.
Serangan mental yang berupa telepati ini biasanya terjadi pada orang yang berhubungan dekat atau memiliki hubungan emosi, seperti orang tua dengan anak, antara adik dan kakak, antara tetangga, sahabat karib, pasangan suami istri, orang yang berpacaran, antara majikan dengan karyawan dan lain sebagainya.
Artikel ini diambil dari berbagai sumber, semoga bermanfaat
Salam FLB (Fokus Luar Biasa)
Firman Pratama ST,CHt,CNLP
Owner Wahana Sejati
Founder Alpha Telepati
sumber : http://firmanpratama.wordpress.com/2011/06/10/apa-itu-telepati/